Kebaya Rancongan dan Pariwisata
Kebaya Rancongan telah menjadi salah satu daya tarik wisata budaya Jawa Timur. Banyak wisatawan lokal maupun internasional tertarik mengenakan kebaya Rancongan. Sehingga menciptakan peluang bisnis bagi para perajin kain dan pembuat kebaya di daerah ini.
Beberapa kota di Jawa Timur memiliki pasar tradisional yang khusus menjual kebaya Rancongan dan aksesorinya. Biasanya ramai dikunjungi wisatawan untuk membeli dan memadukan kebaya dengan aksesori tradisional.
Kebaya Rancongan adalah salah satu contoh nyata perkembangan budaya Jawa Timur yang bertahan di era modern. Lebih dari sekadar pakaian, bagi masyarakat Jawa Timur, kebaya Rancongan untuk menghormati warisan budaya.
Sebagai warisan budaya yang tak ternilai, kebaya Rancongan menjadi simbol keindahan dan keanggunan yang melekat pada budaya Jawa Timur. Hal ini menjadi pengingat pentingnya menjaga dan merawat budaya.
Jawa Timur sukses menggabungkan tradisi dengan tren modern melalui kebaya Rancongan, yang menjadi ikon budaya. Dalam setiap jahitan dan motifnya, kebaya Rancongan menjadi bukti betapa istimewanya budaya Jawa Timur dan betapa pentingnya melestarikannya.
Artikel ini ditulis oleh Tari Pagusa, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Belanja di App banyak untungnya:
KOMPAS.com - Jawa Tengah dikenal dengan kekuatan budayanya yang kental. Hal ini terlihat dari bagaimana masyarakatnya menjunjung tinggi tradisi warisan leluhur.
Salah satu budaya yang masih dilestarikan dan melekat di masyarakat jawa Tengah adalah pakaian adatnya, yaitu baju Jawi Jangkep dan Kebaya.
Baju Jawi Jangkep dikenakan oleh pria, sedangkan Kebaya untuk perempuan. Pakaian adat Jawa Tengah ini sering digunakan untuk acara pernikahan maupun acara adat lainnya.
Selain itu juga sering digunakan sebagai busana dalam acara-acara formal penyambutan tamu atau lainnya.
Baca juga: Baju Pangsi, Pakaian Tradisional Banten
Dalam buku Upacara Perkawinan Adat Jawa (1985)) oleh Thomas W, baju jawi Jangkep digunakan oleh kaum pria. Pada zaman dahulu, Jawi Jangkep sering digunakan oleh abdi dalem maupun dalam pernikahan adat Jawa Tengah.
Seiring dengan berkembangnya zaman, pakaian jawi Jangkep bisa digunakan dalam acara-acara untuk menunjukkan identitas Jawa Tengah.
Jawi Jangkep teridiri dari atasan dengan motif bunga di bagian tengah dan beskap di bagian dalam. Sekarang beskap bisa digunakan terpisah.
Beskap terbuat dari bahan tebal dengan warna polos. DI bagian leher beskap diberi kerah namun tidak berlipat.
Warna beskap umumnya gelap, seperti hitam, hijau tua, biru tua, merah bata, dan lainnya. Tetapi kini menyesuaikan acara saat menggunakan beskap.
Baca juga: Baju Adat Rejang Lebong dari Bengkulu
Potongan beskap biasanya asimetris, hal ini untuk mengantisipasi penyimpanan keris di bagian belakang.
Beskap memiliki kancing yang terletak di kanan dan kiri atau hanya dibagian depan saja. Untuk bawahan, Jawi Jangkep menggunakan kain jarik panjang yang dililit dari pinggang hingga mata kaki.
Keris diselipkan di belakang sebagai makna bahwa manusia harus mampu menolak godaan setan atau godaan jahat.
Jawi Jangkep dilengkapi dengan Blangkon atau penutup kepala yang terbuat dari kain dan sendal selop atau sendak bertutup.
Berdasarkan jurnal Perubahan Nilai dan Filosofi Busana Kebaya di Jawa Tengah (2019) oleh Ratna Endah dan kawan-kawan, kebaya berbentuk blus sederhana dengan lengan panjang.
Kebaya di Jawa Tengah dipadukan dengan batik atau kain panjang yang dilingkarkan mulai dari pinggang hingga mata kaki.
Untuk dalaman kebaya, biasanya menggunakan kemben dan dibagian perutnya dililitkan stagen untuk memperkuat kemben.
Baca juga: Baju Tulang Bawang, Pakaian Adat Lampung
Stagen ini biasa disebut kain tapih pinjung atau kain jarik bermotif batik. Perempuan yang mengenakan kebaya harus melengkapi busananya dengan sanggul.
Sanggul merupakan konde atau rambut yang digulung rapi kemudian dikencangkan dengan tusuk konde atau hiasan lainnya.
Aksesori lain yang dikenakan seperti cincin, kalung, gelang, dan anting. Tidak lupa juga menggunakan sandal selop atau sandal tertutup perempuan.
Belanja di App banyak untungnya:
Kebaya Rancongan merupakan pakaian adat Jawa Timur yang kental dengan budaya Madura. Warnanya yang mencolok menjadi ciri khasnya. Kebaya Rancongan biasanya dipakai berpasangan dengan baju pria Pesa'an.
Asal-usul Kebaya Rancongan
Kebaya Rancongan pertama kali dikenal di kalangan bangsawan dan istana. Kebaya Rancongan sangat kental dengan pengaruh suku Madura. Nama Rancongan berasal dari kata "roncong," yang merupakan sejenis keris Jawa Timur yang melambangkan martabat dan kebangsawanan.
Kebaya Rancongan terbuat dari bahan kain halus seperti sutra atau batik dengan motif tradisional Jawa Timur yang khas. Kebaya Rancongan sering dipadukan dengan jarik (kain panjang) dan selendang, sehingga memberikan tampilan yang sangat anggun dan elegan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perkembangan Kebaya Rancongan
Kebaya Rancongan telah mengalami beberapa perkembangan seiring berjalannya waktu. Awalnya, kebaya ini hanya digunakan dalam upacara adat dan acara penting.Namun sekarang, berubah menjadi pilihan favorit dalam berbagai acara seperti pernikahan, acara resmi, dan festival budaya.
Desainer mode lokal di Jawa Timur berupaya menjadikan kebaya Rancongan lebih modern dengan menciptakan variasi gaya yang berbeda. Meskipun desain tradisional tetap dihormati, ada juga kebaya Rancongan dengan sentuhan modern yang menggunakan warna-warna cerah dan desain lebih kontemporer.
Dalam praktiknya, perempuan seringkali mengenakan berbagai macam aksesori dari atas kepala hingga ujung kaki yang dipadukan dengan kebaya Rancongan. Beberapa aksesori tersebut di antaranya: